Pengetahuan Peta

Pengertian Peta

Banyak sekali definisi tentang peta, tetapi pada dasarnya hakekat peta adalah :
a. Peta adalah alat peraga. 

b. Melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya kepada orang lain. 

c. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi rendah permukaan bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta geologi),penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut kedudukannya dalam ruang. 

d. Dengan cara menyajikannya kedalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari yang disajikan itu melalui matanya. 

Syarat Peta

Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta yang baik. Syarat peta yang baik mestinya : 
1. Peta tidak boleh membingungkan 
2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta. 
3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya. 
4. Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih). 

Jenis dan Fungsi Peta


1. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum. Peta umum ini memuat semua penampakan yang terdapat di suatu daerah, baik kenampakan fisis (alam) maupun kenampakan sosial budaya. Kenampakan fisis misalnya sungai, gunung, laut, danau dan lainnya. Kenampakan sosial budaya misalnya jalan raya, jalan kereta api, pemukiman kota dan lainnya 


a. Peta Topografi
Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

Kelebihan peta topografi:
• Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat.
• Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng.

Beberapa ketentuan pada peta topografi:
1) Makin rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah tersebut semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur menunjukkan daerah tersebut semakin landai. 

2) Garis kontur yang diberi tanda bergerigi menunjukkan depresi (lubang/cekungan) di puncak, misalnya puncak gunung yang berkawah. 

3) Peta topografi menggunakan skala besar, antara 1 : 50.000 sampai 1 : 100.000.

4) Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya berwarna cokelat atau oranye). 

5) Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih tebal.

6) Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan menghitung kontur untuk menentukan tinggi. 

7) Angka (ketinggian) kontur diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).
Gambar Kontur


Interval kontur 
adalah jarak vertikal antara 2 (dua) garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya

a. Besarnya interval kontur sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi
b. Interval kontur selalu dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.
c. akan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.


Berdasarkan jarak antara kontur dan tanda pada kontur, Anda dapat menyimpulkan bahwa: daerah A adalah daerah curam karena jarak antara garis konturnya rapat dan B adalah daerah landai karena jarak konturnya jarang.

Pada gambar diatas menunjukkan kenampakan gunung dengan puncaknya yang digambarkan menjadi peta kontur. Pada gambar tersebut, A daerah curam, B daerah landai dan C daerah cekungan di puncak.


b. Peta Chorografi 
Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1: 250.000 sampai 1: 1.000.000 atau lebih.
Peta chorografi menggam-barkan daerah yang luas, misalnya propinsi, negara, benua bahkan dunia.Dalam peta chorografi digambarkan semua kenampakan yang ada pada suatu wilayah di antaranya pegunungan, gunung, sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa dan lain-lain. Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi yang dibuat dalam berbagai tata warna. Berikut ini adalah contoh peta chorografi.


2. Peta Khusus atau Tematik
Disebut peta khusus atau tematik karena peta tersebut hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan pada permukaan bumi yang ingin ditampilkan. Dengan kata lain, yang ditampilkan berdasarkan tema tertentu. Peta khusus adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan (fenomena geosfer) tertentu, baik kondisi fisik maupun sosial budaya.

Contoh peta khusus/tertentu: peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, peta penyebaran hasil pertanian, peta penyebaran hasil tambang, chart (peta jalur penerbangan atau pelayaran).
Contoh Peta Khusus atau Tematik
Keterangan 
Judul peta: Peta kepadatan penduduk P. Jawa.
Untuk membedakan kepadatan penduduk tiap wilayah ditunjukkan dengan perbedaan warna. 

Berdasarkan legenda (keterangan) peta:
• warna hitam: kepadatan penduduknya lebih dari 701 orang setiap 1 km2.
• warna agak hitam: kepadatan penduduknya antara 400 orang sampai 700 orang setiap 1 km2.
• warna putih: kepadatan penduduknya kurang dari 400 orang setiap 1 km2.

Cara Pembuatan Peta Tematik
1. Syarat utama adalah ketersediaan data dan mengetahui lokasi data itu berada.
2. Adanya peta dasar. Karena peta dasar memberikan informasi dasar tentang wilayah yang akan dipetakan, seperti informasi batas wilayah, jalan, sungai, danau, atau laut sehingga mudah dalam menempatkan data.

Jenis peta berdasarkan skalanya 

Berdasarkan skalanya peta dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan peta tanah atau peta dalam sertifikat tanah, oleh karena itu banyak terdapat di Departemen Dalam Negeri, pada Dinas Agraria (Badan Pertanahan Nasional).

2. Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Peta skala besar digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relatif sempit, misalnya peta kelurahan, peta kecamatan.

3. Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1: 500.000. Peta skala sedang digunakan untuk menggambarkan daerah yang agak luas, misalnya peta propinsi Jawa Tengah, peta propinsi maluku.

4. Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan daerah yang relatif luas, misalnya peta negara, benua bahkan dunia.

Fungsi Peta 

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

Komponen-komponen/Kelengkapan Peta

Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta antara lain:

· Judul peta
· Skala peta
· Legenda atau keterangan
· Tanda arah atau orientasi
· Simbol dan warna
· Sumber dan tahun pembuatan peta
· Proyeksi peta 

1. Judul Peta

a. Judul peta memuat isi peta. 
b. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui data dan daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut. Contoh: - peta penyebaran penduduk pulau Jawa. 
c. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. 
d. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. 
e. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta.
f. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta.

2. Skala Peta

a. Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya di- permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama.
b. Skala ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan.
c. Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar, misalnya 1 : 5000. 
d. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan kenampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1000.000.

Contoh: skala 1 : 500.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan 500.000 jarak yang sebenarnya, apabila dipakai satuan cm maka artinya 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm (5 km) jarak sebenarnya di permukaan bumi.

Skala Peta dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Skala Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale).
Skala ini sering disebut skala numeric yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan angka.

Contoh: Skala 1:100.000, skala 1:2.000.000 dan sebagainya Bila peta berskala 1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta menggambarkan jarak yang sesungguhnya di lapangan / di muka bumi sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta menggambarkan jarak 100.000 di lapangan. Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah Indonesia dan Amerika Serikat. Untuk menentukan skala peta ini dapat dipakai rumus:

b. Skala Verbal yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata.
Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil yang dalam bahasa Inggris disebut “Inch Mile Scale”.

Contoh:Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak 1 inci di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya.

c. Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/ Skala Jalan (Road Scale)

Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama panjangnya. Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil.

Contoh

Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua angka di peta = 1 km di lapangan, jadi kalau antara 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5 masingmasing = 1cm maka artinya 1 cm pada peta = 1 km di lapangan.

Dari grafik tersebut dapat dibaca bahwa tiap jarak 1 inci pada peta sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan atau akan dibuat ukuran tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak dua tempat dapat langsung diukur dalam peta. Tidak jarang dalam satu peta dicantumkan skala angka dan juga skala garis.

Mengubah skala angka ke skala grafik
Contoh:
Dalam peta tertulis skala 1 : 300.000, ubahlah ke dalamskala grafik/garis.

Penyelesaian:
Skala 1 : 300.000 berarti 1 bagian di peta menunjukkan 300.000 bagian di lapangan. Apabila dibuat dalam cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam satu kotak nilainya 300.000 cm atau 3 km.
Bila digambarkan skala grafiknya adalah


Mengubah skala angka menjadi skala inci - mil
Contoh:
Skala angka 1 : 500.000, ubahlah menjadi skala inci-mil!

Penyelesaian:
Skala 1 : 500.000 ini berarti tiap 1 inci = 500.000 inci di lapangan. 500.000 inci dijadikan mil = 

kemudian dibulatkan menjadi 8. Jadi skala inci-milnya = 1 : 8

Perlu Anda ingat bahwa!


Mengubah skala grafik menjadi skala mil-inci
Contoh:
Jika diketahui grafik sepanjang 5 cm menunjukkan jarak 10 mil di lapangan, ubahlah menjadi skala angka dan inci-mil!


Penyelesaian:
5 cm = 10 mil dijadikan inci terlebih dahulu sehingga 5 cm =
(dibulatkan). Berarti 2 inci = 10 mil di lapangan. Jadi 1 inci sesuai dengan 5 mil dilapangan oleh karena itulah skalanya 1 : 5.

Bila diubah ke dalam bentuk skala angka sebagai berikut:

1 inci = 5 mil yang berarti 5 x 63.360 = 316.800 inci
Jadi skala angkanya 1 : 316.800


Mengubah skala dengan sistem grid bujur sangkar (Gridsquare)
Sistem grid bujur sangkar disebut juga metode Union Jack

Contoh:
Peta dengan skala 1 : 200.000 ubahlah menjadi peta berskala 1 : 100.000

Penyelesaian:

Bila digambarkan bentuk petanya sebagai berikut:


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai peta yang tidak ada skalanya, padahal mungkin kita membutuhkannya. Apabila Anda mengalami kejadian ini maka cara menentukan skala peta dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan

Contoh:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya 50 cm. Tentukan skala petanya!

2. Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama dan telah diketahui skalanya.
Contoh:


- Ukur jarak 2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu.
Peta I = jarak A – B = 20 cm
Peta II = jarak A – B = 4 cm

- Pada peta I jarak A – B dilapangan: = 4 x 50.000 cm = 200.000 cm

- Pada peta I jarak AB = 20x
x cm = 20x cm
20x = 200.000 cm
x = 10.000 cm
Jadi skala peta I = 1 : 10.000

Dari penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai berikut:
J1 = Jarak yang sudah diketahui skalanya
J2 = Jarak yang belum diketahui skalanya
P1 = Penyebut skala peta yang sudah diketahui
P2 = Penyebut skala peta yang dicari

Bila data-data soal di atas dimasukkan ke rumus diperoleh :


3. Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya.

Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm. Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000


4. Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan.

Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 10 garis lintang = 111 km dan 10 = 60 detik

Contoh: 
Jarak A - B di peta x = 50 cm
Selisih garis lintangnya = 30 detik. Berapa skala peta x?

Penyelesaiannya adalah :


5. Pada peta Topografi (peta Kontur) di Indonesia berlaku rumus:

CI (Contour Interval) adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan dalam meter. Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari permukaan air laut.

Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya?

Jawab

Kembali ke contoh peta kontur yang belum ada skalanya
Contoh: Suatu peta kontur dengan Ci = 50 meter

Berapakah skala peta tersebut!


Jadi penyebut skala = 100.000, ini berarti skala peta kontur tersebut 1 : 100.000

Apabila Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok, lakukanlah hal-hal berikut:
a. Gunakan seutas benang yang agak besar (misal: benang kasur)
b. Berilah tanda pada peta di bagian yang diukur.
c. Ukurlah dengan benang yang sudah dipersiapkan.
d.Tekuklah benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang berbelok, benang juga harus ikut dibelokkan.
e. Jarak yang diukur pada peta misalnya 50 cm (antara kota A dengan kota B).
f. Sesuaikan dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000, maka jarak antara kota A dan B dilapangan = 50 cm x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km.

3. Legenda atau keterangan

Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.

4. Tanda Arah atau Tanda Orientasi

Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya pada suatu peta. Gunanya untuk menunjukkan arah utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan peta.

5. Simbol Peta

Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya, melainkan dipergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol.


· Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dam sebagainya. 

· Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel KA dan lainnya. Garis juga digunakan untu menunjukan perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan isolines.

Dengan demikian timbul istilah-istilah :
Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama 
Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama 
Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama 
Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama 

Syarat-syarat tersebut adalah:
- sederhana
- mudah dimengerti
- bersifat umum

Macam-macam simbol peta:
a) Simbol titik, 
Digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut dan sebagainya.


b) Simbol garis, 
Digunakan untuk menyajikan data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan, dan sebagainya.

c) Simbol luasan (Area), 
Digunakan untuk menunjukkan kenampakan area misalnya rawa, hutan, padang pasir dan sebagainya.


d) Simbol aliran, 
Digunakan untuk menyatakan alur dan gerak


e) Simbol batang, 
Digunakan untuk menyatakan harga/dibandingkan harga lainnya/nilai lainnya

Berdasarkan simbol batang yang terdapat pada peta dan harga setiap ruasnya (1 ruas harganya 100.000 ton padi), dapat disimpulkan wilayah (provinsi) yang produksi padinya terbanyak adalah Kalimantan Selatan dan paling sedikit adalah Kalimantan Timur.

f) Simbol lingkaran, 
Digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk persentase.

Berdasarkan simbol lingkaran pada gambar dapat disimpulkan bahwa 1/4 bagian (25%) tanah digunakan untuk lain-lain (selain pertanian, perkebunan dan hutan). Sedangkan 3/8 bagian (37,5%) digunakan untuk pertanian, 3/8 bagian (37,5%) lagi digunakan untuk perkebunan dan kehutanan. Pada simbol lingkaran, luas lingkaran mencerminkan jumlah data.

g) Simbol bola, 
Digunakan untuk menyatakan isi (volume), makin besar simbol bola menunjukkan isi (volume) makin besar dan sebaliknya makin kecil bola berarti isi (volume) makin kecil.

Peta penduduk. Pada simbol bola, isi bola mencerminkan jumlah data.

Macam-macam simbol peta berdasarkan sifatnya
Simbol-simbol yang Anda lihat pada peta, ada yang menyatakan jumlah dan ada yang hanya membedakan. Berdasarkan sifatnya, simbol peta dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Simbol yang bersifat kualitatif
Simbol ini digunakan untuk membedakan persebaran benda yang digambarkan. Misalnya untuk menggambarkan daerah penyebaran hutan, jenis tanah, penduduk dan lainnya.


Simbol luasan yang bersifat kualitatif. Simbol ini hanya membedakan daerah A, B dan C saja

2) Simbol yang bersifat kuantitatif
Simbol ini digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah.

Simbol luasan yang bersifat kuantitatif, untuk membedakan tingkat kepadatan yang makin tinggi dari C, B dan A.

Peta ini menggambarkan tingkat kepadatan penduduk. Makin rapat jarak antara titik menunjukkan daerah tersebut tingkat kepadatan penduduknya makin tinggi. Dapat disimpulkan daerah A memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan dengan B dan C.

Macam macam simbol berdasarkan fungsinya
Penggunaan simbol pada peta tergantung fungsinya. Untuk menggambarkan bentuk-bentuk muka bumi di daratan, di perairan, atau bentuk-bentuk budaya manusia.

Berdasarkan fungsinya simbol peta dapat dibedakan menjadi:
a) Simbol daratan
b) Simbol perairan
c) Simbol budaya

1. Simbol daratan, 
Digunakan untuk simbol-simbol permukaan bumi di daratan.
Contoh: gunung, pegunungan, gunung api.

2. Simbol perairan, 
Digunakan untuk simbol-simbol bentuk perairan.

3. Simbol budaya, 
Digunakan untuk simbol simbol, bentuk hasil budaya.


Dilihat dari sifatnya, warna pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 
a. Bersifat kualitatif hanya membedakan unsurnya saja (lihat gambar). 
b. Bersifat kuantitatif terutama dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah atau nilai gradasinya, meskipun juga untuk membedakan unsurnya (lihat Gambar.)



Warna kualitatif, penggunaan warna banyak memperlihatkan perbedaan (I Made Sandi, Esensi, Kartografi, 1976)

Simbol-simbol pada peta tematik
Peta tematik dapat menggambarkan yang ada di permukaan bumi secara spesifik, baik secara kualitatif maupun statistik. Menurut dimensinya jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi dapat dikelompokkan menjadi:

a. Kenampakan posisional (kenampakan titik), adalah bentuk kenampakan yang tidak memiliki dimensi, tetapi hanya menjelaskan bahwa di tempat tertentu ada obyek, misalnya mata air, mesjid, industri dan pelabuhan udara.

b. Kenampakan linier (garis) adalah kumpulan yang dianggap memiliki satu dimensi, berupa panjang. Misalnya, ruas jalan, sungai, garis pantai, jalan kereta api dan batas negara.

c. Kenampakan luasan (Areal), kenampakan yang memiliki dua dimensi yaitu panjang dan lebar yang membentuk luasan. Misalnya danau, sawah, tegalan.

6. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta 

Bila Anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta tersebut benar benar absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau hasil rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si pembaca peta dapat mempercayai data/informasi tersebut. Selain sumber, perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama.

7. Inzet dan Index peta 

Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.

8. Grid 

Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid sistem. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.

Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya.

Sistem UTM grid sistem dan UPS grid sistem (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid System

Tata Cara Penulisan pada Peta
Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:

a. Nama geografis ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat.
Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara). Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring.

b. Nama jalan di tulis harus searah dengan aras jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
Contoh penulisan jalan dan nama kota

Nama kota ditulis dengan 4 cara yaitu:
a. di bawah simbol kota
b. di atas simbol kota
c. di sebelah kanan simbol kota
d. di sebelah kiri simbol kota

Memperbesar dan Memperkecil Peta
a. Memperbesar Peta
Untuk memperbesar peta yang bisa Anda lakukan yaitu;

1) Memperbesar grid (sistem kotak-kotak)
Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah:
a) Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
b) Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar peta baru, pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran.
c) Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta baru.
d) Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran.

Contoh:
Peta berskala 1 : 100.000 akan diperbesar 2 kali, maka skala menjadi 1 : 50.000
Gambar Cara memperbesar peta dengan memperbesar grid.

2) Fotocopy
Cara lain memperbesar peta adalah dengan cara fotocopy peta tersebut. Bila Anda ingin memperbesar peta gunakanlah mesin fotocopy yang dapat memperbesar peta. Dengan fotocopy, untuk peta yang menggunakan skala garis atau skala tongkat tidak ada masalah, karena panjang garis atau tongkat mengikuti perubahan. Peta dengan skala angka harus diubah dulu skalanya menjadi skala garis sebelum di fotocopy.

Contoh: Mengubah skala angka ke skala garis


3) Menggunakan alat pantograf
Selain dengan memperbesar grid dan memfotocopy untuk memperbesar peta Anda dapat menggunakan alat pantograf. Pantograf adalah alat untuk memperbesar dan memperkecil peta.



b. Memperkecil Peta
Bila Anda ingin memperkecil peta, caranya sama dengan memperbesar peta yaitu:
1) memperkecil peta
2) memfotocopy peta dengan mesin fotocopy yang dapat memperkecil peta
3) menggunakan pantograf

Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaranb genjang (a, b dan c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, yaitu memperbesar atau memperkecil peta.



Setelah didapat besarnya skala faktor, lalu pantograf diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograf mempunyai skala faktor sama dengan 100.

Caranya:
Peta yang akan diperbesar letakkan ditempat B dan kertas gambar kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian (dijiplak) gerakkan B mengikuti peta asal, melalui kaca pengamat.

Membaca Peta
Ada beberapa hal perlu ketahui dalam membaca peta antara lain:
a. Isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul.
b. Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur.
c. Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).
d. Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta.
e. Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur.
f. Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan.
g. Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda).
h.Kenampakkan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai,jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.

Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, 
antara lain sebagai berikut:

a. Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar.
b. Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok - belok (berbentuk meander), menunjukkan daera itu relatif datar.
c. Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air. 

Dengan membaca peta Anda akan dapat mengetahui:
a. Jarak lurus antar kota.
b. Keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa.
c. Keadaan topografi (relief) suatu wilayah.
d. Keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya.
e. Keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran sarana kota dan persebaran permukiman.


Membuat Peta dengan Alat Bantu Sederhana
Metode pembuatan peta dimulai dengan pemetaan daerah sempit, dan kemudian dilajutkan secara bertahap, hingga mencakup daerah yang luas. Alat yang digunakan adalah kompas megnetik dan pita ukur, yang panjangnya 50 meter dan dapat digulung. Pengukuran dilakukan dengan metode berantai (chain survey).

Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam metode pembuatan peta dengan alat bantu meteran dan kompas:
a. Unsur-unsur yang diukur adalah sudut arah (azimuth magnetik) dan jarak.
b. Tahap pengukuran dimulai dari daerah yang sempit kemudian diteruskan secara bertahap sampai mencakup daerah luas.
c. Sudut arah (azimuth magnetis) diukur dengan menggunakan alat kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan menggunakan pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita ukur sepanjang 50 meter.
d. Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetis) dilakukan pada garis ukur pokok atau segment garis.

Penjelasan Teknis tentang Pengukuran Arah dan Jarak
1. Sudut Arah (Azimuth)
Arah orientasi merupakan salah satu unsur utama dalam proses pengukuran untuk membuat peta, khususnya peta umum. Pada umumnya setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara).

Terdapat 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta.
a. Utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.
b. Utara sebenarnya (utara geografis), atau utara arah meridian.
c. Utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta.

Ketiga macam arah utara itu dapat berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah pada peta.

Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah dari suatu obyek ke tempat obyek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau sering disebut azimuth magnetis. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, maka perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.

Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º

Sudut arah utatra magnetis.

2. Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat digambarkan secara langsung pada peta adalah jarah horizontal, bukan jarak miring. Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang akan digambarkan pada peta.
Cara pengukuran sederhana pada daerah miring.

Cara pengukuran sederhana pada daerah miring.
Cara pengukuran jarak horizontal yang sederhana pada daerah miring adalah sebagai berikut. Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan water pass sehingga mendekati horizontal. (Lihat gambar ii). Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A – D adalah d1 + d2 + d3.

Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun ada kalanya pada daerah yang datar terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang panjang, yaitu adanya obyek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC. (Lihat gambar )



Kemudian membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Lihat gambar 3


Pada gambar 4 , diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun sehingga jarak AB yang akan kita ukur sama dengan jarak CE. Lihat gambar 4 diatas.


Pengukuran tanpa halangan 
Keterangan: 1, 2, 3 garis ukur pokok

3. Tahap-tahap Pengukuran Jarak dan Arah
Berikut ini adalah tahap-tahap yang harus Anda lakukan dalam memetakan suatu wilayah dengan alat bantu meteran dan kompas.

Misalnya, kita akan memetakan suatu jalur jalan A – B.

Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukur pokok ditunjukkan oleh garis 1 - 2, 2 - 3, 3 - 4, dan 4 - 5. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat obyek, seperti bangunan, pagar, atau aliran sungai, maka obyek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili obyek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada contoh di bawah ini, terdapat obyek rumah di pinggir garis ukur pokok 1 - 2.
Gambar garis offset Jalur jalan A – B.

Pada gambar offset 01, 02, 03, 04 dan 05 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 02 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.

4. Penggambaran Hasil Pengukuran
Setelah pengukuran selesai, baik jarak maupun arahnya, maka Anda harus menggambar garis garis ukur tersebut sesuai dengan skala yang sudah ditentukan. Gambarlah juga obyek-obyek yang telah Anda ukur jaraknya dari garis ukur (jarak offset) dengan menggunakan simbol simbol tertentu.


5. Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang sering timbul pada pemetaan dengan alat sederhana adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas yang kurang cermat.
b. Kesalahan mengukur jarak dengan meteran. Kesalahan tersebut terutama terjadi pada garis garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit.

Kesalahan tersebut terutama terjadi pada garis garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, namun menjadi A¹. Hal ini perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya adalah sebagai berikut: Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya jarak A - B pada poligon 5 cm, maka jarak pada garis A - B juga 5 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Dari garis kesalahan tersebut tarik garis ke titik A. Buatlah garis yang sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E. Supaya lebih jelas lihatlah gambar .


Gambar Cara untuk mengoreksi kesalahan secara proporsional.